Online Booking

Nama

Email *

Pesan *

Daftar Isi

Wisata latihan tari jaranan TURONGGO YAKSO

 

A.   Turonggo Yakso

Turonggo Yakso adalah seni jaranan khas daerah Dongko,

Turonggo Yakso merupakan perpaduan antara kuda dan raksasa atau dalam bahasa Jawa jaran dan buto yang dikendalikan oleh seorang kasatria pemberani yang gagah perkasa. Turonggo Yakso lahir di Desa Dongko dengan proses kelahiranya terinspirasi dari upacara adat dalam rangka syukuran setelah petani bersama-sama panen padi (Ngarit Tanaman Padi)  Upacara itu dinamai Baritan yang merupakan kepanjangan dari Bubar Ngarit Tanduran.

Upacara Baritan inilah yang menginspirasi gerak tari Turonggo Yakso, yang mengisahkan seorang satria yang gagah perkasa bisa menaklukan angkaramurka yang mengganggu ketentraman warga Desa yang kebanyakan berprofesi sebagai petani. Upacara adat baritan tersebut diselenggarakan setiap tahun pada bulan Suro  dengan hari dan tanggal yang ditentukan oleh Sesepuh Desa ( ketua adat Desa ).

Tari Jaranan Turonggo Yakso ini menggambarkan tentang perjuangan warga desa dengan jiwa satria yang gagah berani bersama sama dalam mengusir marabahaya atau keangkaramurkaan yang menyerang dan mengganggu kemakmuran desanya. Akhirnya dalam perkembanganya hingga saat ini tari Turonggo Yakso atau yang sering dikenal Jaranan Turonggo Yakso menjadi ikon Kabupaten Trenggalek dan dikenal di mana-mana hingga manca Negara. 

B.     B. Upacara Adat Baritan

Upacara adat Baritan ( Bubar Ngarit Tanduran ) sebagai salah satu bagian budaya tak benda yang berada diwilayah Desa Dongko dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat, terbukti dari pelaksanaan Upacara Adat Baritan ini selalu dilakukan secara rutin tiap tahunya di bulan Suro. Upacara Adat Baritan ini sebagai wujud puji syukur dan permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diwujudkan dalam ritual dan sesaji. Pelaksanaannya upacara adat Baritan ini, para petani pemilik rojo koyo berkumpul sambil membawa perlengkapan sesaji berupa ambengan dan lengkong serta membawa tali (dadung) yang dibuat dari bambu dengan maksud agar pertanianya subur dan panen melimpah, ternaknya sehat dan babar tumangkar (anak-beranak) dan kesejahteraanya meningkat dalam situasi wilayah aman tentram damai. 

C.    C. Turonggo Yakso diCiptakan

Tari Turonggo Yakso diciptakan oleh seorang seniman Dongko, bernama Pamrihanto dan kakaknya yang bernama Mu' an. dan didukung oleh beberapa sesepuh Desa Dongko seperti bapak Puguh Darohini, bapak Tiyono,  bapak Kepala Desa saat itu Suparlan Sastro Hadi Wiyono sekitar tahun 1979. Menurut penciptanya Turonggo Yakso, kesenian tradisional Jaranan ini merupakan manifestasi dari  kisah seorang Panji. Yang mana menurut cerita kegemaran masyarakat kuno saat itu kalau kita runut ke masa lampau, salah satunya, juga merupakan simbolisasi dari sosok Airlangga, seorang raja besar masa Kahuripan saat itu. kisah Panji dalam banyak hal adalah gambaran bagi Arjuna Jawa Timur. Seorang pangeran mulia yang ideal dan tak terkalahkan dalam setiap pertempuran. 

Tokoh seorang Panji ini dalam seni jaranan diadaptasi ke dalam sosok satria penunggang kuda. Yang mana seorang ksatria diharapkan mampu mengendalikan nafsu angkara murka yang digambarkan berada dalam diri buto atau raksasa. Mengendalikan nafsu angkara murka agar bisa diarahkan dan berdaya guna untuk masyarakat petani. Jadi kemampuan para ksatria dalam menunggangi kuda-raksasa atau turonggo-yakso tersebut digambarkan sebagai kemampuan untuk mengendalikan, bahkan menaklukkan nafsu angkara. Buto sendiri sering diartikan sebagai sebuah tenaga potensial yang amat besar. Dan njaran alias menunggangi kuda dari kulit sapi berkepala raksasa sungguhnya adalah cara meluluhkan dan mengarahkan tenaga potensial tersebut kearah kebaikan dan dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat desa. 

Itulah  beberapa landasan atau filosofi gerak dalam tari jaranan Turonggo Yakso asli Dongko Trenggalek tersebut . Jalan cerita dan kekuatan tari jaranan ini tentu saja membedakannya dengan seni jaranan dari tempat lain. Jika digelar pada sebuah panggung lengkap dengan seperangkat gamelan, rias dan alur tari yang lebih komplit, akan tergambar bagaimana eksotika dunia persawahan itu telah dipindah-terjemahkan ke dalam alur gerak tari jaranan yang tidak kalah eksotis dan menawan.

Komentar